NAMA:ANDREAS
VALENTINUS
KELAS :
1EB18
NPM:21214137
Tugas
Softskill Gunadarma
Pembangunan Ekonomi Daerah dan
Otonomi Daerah
8/9.4 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETIMPANGAN
Secara umum faktor-faktor utama penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi antar provinsi di Indonesia diuraikan sebagai berikut :
Secara umum faktor-faktor utama penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi antar provinsi di Indonesia diuraikan sebagai berikut :
1. Konsentrasi kegiatan ekonomi yang
tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi dari daerah dengan
konsentrasi kegiatan ekonomoi tinggi cenderung tumbuh pesat, sedangkan daerah
dengan tingkat konsentrasi ekonomi rendah akan cenderung mempunyai tingkat
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
Ada dua (2) masalah
utama dalam pembangunan ekonomi nasional selama ini. Yaitu : terutama Jawa,
dengan berbagai alasan ekonomis maupun politis atau strategis. Dua, yang
dimaksud dengan efek menetes ke bawah tersebut tidak terjadi atau prosesnya
lambat. Hal terakhir ini disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu :
1. Sebagian besar input untuk berproduksi
di impor dari luar, bukanya di supali dari dari daerah. Oleh karena itu,
keterkaitan produksi ke belakang atau keterkaitan produksi antara industry
hilir (downstream industry) di Jawa dan industry hulu (upstream industry) di
luar Jawa sangat lemah.
2. Sektor-sektor primer di daerah-daerah
luar Jawa melakukan ekspor tanpa memprosesnya terlebih dahulu untuk mendapatkan
nilai mendapatkan nilai tambah atau kalau memprosesnya terlebih dahulu di pulau
Jawa sehingga Jawa yang menikmati nilai tambahnya.
3. Kegiatan ekspor yang bersumber dari
daeah di luar Jawa (baik primer maupun dari industry hulu atau midstream
industry) pada hasil ekspor lebih banyak dinikmati oleh Jawa.
Jadi, kurang
berkembangnya sector industry manufaktur di luar Jawa merupakan salah satu
penyebab kesenjagan ekonomi antar Jawa dan wilayah di luar Jawa. Sedangkan
faktor-faktor yang menyebabkan sebagian besar industry penting di Indonesia,
dalam arti kontriusinya yang besar terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDB
dan kesempatan kerja, tidak berada di luar Jawa karena
keterbatasan-keterbatasan di kawasan tersebut, seperti pasar local kecil,
infrastruktur terbatas, dan kurang sumber daya manusia; walaupun banyak
provinsi di wilayah tersebut, seperti DI Aceh, Riau, Kalimantan, dan Irian
Jaya, memiliki sumber daya yang cukup.
2. Alokasi Investasi
Indikator lain yang
juga menunjukkan pola serupa seperti pola distribusi nilai tambah (NT) industry
antar provinsi adalah distribusi investasi langsung, baik yang bersumber dari
luar negeri (penanaman modal asing-PMA) maupun dari dalam negeri (penanaman
modal dalam negeri-PMDN). Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi dari
Harrod-Domar yang menerangkan adanya korelasi positif antara tingkat investasi
dan laju pertumbuhan ekonomi, dapat dikatakan bahwa kurangnya investasi di
suatu wilayah membuat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat per
kapita di wilayah tersebut rendah karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi
yang produktif, seperti industry manufaktur.
3. Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang
Rendah antar Daerah
Kurang lancarnya
mobilitas faktor produksi, seperti tenaga kerja dan capital, antar provinsi
juga merupakan terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Dasar teorinya adalah
sebagai berikut. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar provinsi membuat
terjadinya perbedaan tingkat pendapatan per kapita antar provinsi sejak
perbedaan tersebut, dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output dan iput bebas
(tanpa distorsi yang direkayasa, misalnya sebagai akibat dari suatu kebijakan
pemerintah), mempenagruhi mobilitas atau re alokasi faktor produksi antar
provinsi. Sesuai teori dari A. Lewis yang dengan unlimited supply of
labor, jika perpindahan faktor produksi antar daerah tidak ada hambatan, maka
pada akhirnya pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan
semua daerah akan lebih baik (dalam pengertian Pareto optimal: semua daerah
mengalami better off).
4. Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA) Antar
Provinsi
Dasar pemikiran
“klasik” sering mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber
daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah
yang miskin sumber daya alamnya. Dalam arti sumber daya harus dilihat hanya
sebagai modal awal untuk pembangunan, yang selanjutnya harus dikembangkan
terus. Untuk maksud ini diperlukan faktoro-faktor lain, diantaranya yang sangat
penting adalah teknologi dan sumber daya manusia.
Jadi, dengan semakin
pentingnya oenguasaan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia, faktor
endowments lambat laun akan tidak relevan lagi. Bukti menunjukkan bahwa
Negara-negara naju di Asia Tenggara dan Timur, seperti, Jepang, Korea Selatan,
Taiwan , dan Singapura, adalah Negara-negara yang sangat miskin sumber daya
alam. Pengalaman mereka menujukkan bahwa faktor-faktor di luar sumber daya alam
jauh lebih penting dalam menentukan maju tidaknya pembangunan ekonomi di suatu
wilayah.
5. Perbedaan Kondisi Demografis Antar
Wilayah
Ketimpangan ekonomi
regional di Indonesia, disebabkan oleh perbedaan kondisi demografis antar
provinsi, terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan
penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat, dan etos kerja.
Faktor-faktor ini mempengaruhi tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
lewat sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk
yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor
pendorong bagi pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran,
jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan kesejahteraan yang baik,
disiplin yang tinggi, dan etos kerja yang tinggi merupakan asset penting bagi
produksi.
6. Kurang Lancarnya Perdagangan Antar
Provinsi
Kurang lancarnya
perdagangan antar daerah (intra-regional trade) juga merupakan unsure yang
turut menciptakan ketimpangan ekonomi regional di Indonesia. Ketidaklancaran
tersebut disebabkan terutama oleh keterbatasan transportasi dan komunikasi.
Perdagangan antar provinsi meliputi barang jadi, barang modal, input perantara,
bahan baku, material-material lainnya untuk produksi, dan jasa. Jadi, tidak
lancarnya arus barang dan jasa antar daerah pembangunan dan pertumuhan
ekonomi suatu provinsi lewat sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi
permintaan, kelangkaan barang dan jasa untuk konsumen mempengaruhi permintaan
pasar terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi local yang sifatnya komplementer
dengan barang dan jasa tersebut (misalnya antara pembelian motor yang diimpor
dari provinsi lain dan permintaan terhadap topi pengaman (helm) yang diproduksi
local) atau yang sifatnya pendukung (misalnya bengkel atau jasa reparasi
motor). Sedangkan dari sisi penawaran, sulitnya mendapatkan barang modal,
seperti mesin dan alat-alat transportasi, input perantara, dan bahan baku atau
material lainnya, dapat menyebabkan kegiatan ekonomi di suatu provinsi lumpuh
atau tidak beroperasi secara optimal, yang selanjutnya berarti pertumbuhan
ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita provinsi tersebut rendah
Sumber referensi:
· http://www.tempo.co/read/news/2014/09/01/078603476/Jokowi-Prioritaskan-Pembangunan-Indonesia-Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar