NAMA:ANDREAS
VALENTINUS
KELAS :
1EB18
NPM:21214137
Tugas
Softskill Gunadarma
NERACA
PEMBAYARAN,ARUS MODAL ASING,DAN UTANG LUAR NEGERI
14.3 UTANG LUAR NEGERI INDONESIA 2015
Sebulan tahun 2015 berjalan, utang luar negeri (ULN)
Indonesia sudah bertumpuk. Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri
Indonesia selama Januari mencapai 298,6 miliar dollar AS. Porsi ini naik 2,05
persen dibandingkan utang luar negeri di Desember 2014 sebesar 292,6 miliar
dollar AS. Secara tahunan atau year on year (YoY), utang luar negeri Indonesia
tumbuh 10,1 persen dibandingkan periode yang sama di 2014.
Utang
swasta menyumbang porsi terbesar dari total ULN Indonesia di Januari 2015
dengan nilai 162,9 miliar dollar AS atau 54,6 persen. Dari data BI, penyumbang
terbesar utang swasta pada Januari 2015 berturut-turut berasal dari sektor
keuangan sebesar 47,2 miliar dollar AS, industri pengolahan (32,2 miliar dollar
AS), pertambangan (26,4 miliar), serta listrik, gas, dan air bersih sebesar
19,2 miliar dollar AS.
Secara
tahunan, porsi ULN swasta di setiap sektor mengalami pertumbuhan. Utang swasta
di sektor keuangan tumbuh 24,9 persen YoY, industri pengolahan (8,5 persen),
dan sektor pertambangan 0,2 persen. Namun pertumbuhan utang ini lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2014 dengan porsi masing-masing sebesar
26,9 persen YoY, 10,0 persen YoY, dan 0,3 persen YoY.
Hanya
utang sektor listrik, gas dan air bersih yang pertumbuhannya melejit, yakni
12,2 persen secara YoY pada Januari 2015. Di Desember 2014, utang di
sektor ini hanya tumbuh sebesar 8,9 persen YoY. Dilihat secara bulanan,
pertumbuhan utang swasta pada Januari 2015 terlihat melambat. Pada Januari,
pertumbuhan ULN swasta 13,6 persen. "Pada Desember 2014, pertumbuhan ULN
swasta mencapai 14,2 persen,"
Meski
utang swasta tetap tumbuh, BI menilai, perkembangan ULN masih cukup sehat.
Cuma, BI tetap waspada mengantisipasi risiko utang terhadap perekonomian
nasional ke depannya. BI berjanji akan tetap memantau perkembangan ULN swasta
tidak menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makro ekonomi.
Sayang Tirta tidak mau menjelaskan berapa banyak ULN swasta yang telah
melakukan lindung nilai atau hedging.
Akibat rupiah loyo
Pada Januari 2015 lebih dipengaruhi oleh pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pelemahan rupiah
menyebabkan swasta mengerem keinginannya berutang. Selain itu, Januari
merupakan siklus melambatnya kredit perbankan.
Selain
itu, adanya pengaruh pelambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun lalu
sebesar 5,2 persen, yang menyebabkan industri mengurangi produksi dan utang. pada
Maret tahun ini, porsi utang swasta akan kembali membengkak. Ini seiring
mulainya kembali aktivitas produksi sektor swasta sebagai antisipasi menjelang
Ramadhan dan Idul Fitri. Meski demikian, penambahan tersebut juga diprediksikan
tak signifikan.
Sebelumnya,
Kepala Ekonom BII Juniman menilai, BI dan pemerintah masih memiliki cara untuk
menurunkan laju ULN Swasta. Yakni, pemerintah dan BI mengendalikan dan
mengawasi uang sektor swasta. Aturan tentang penerapan prinsip kehati-hatian
ULN swasta perlu ditindaklanjuti dengan pengawasan agar swasta taat aturan.
Cara lain ialah pemerintah membatasi rasio utang terhadap modal. Faktanya,
banyak swasta berutang hingga 20 kali dari modalnya. Jika rasio utang dibatasi,
swasta tidak akan gencar mencari utang ke luar negeri
sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/20/111200126/Utang.Luar.Negeri.Indonesia.Kembali.Naik