Jumat, 01 Mei 2015

MATERI 4 : PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA
       Nama : Andreas Valentinus
       NPM : 21214137
       Kelas : 1EB18
       Tugas Softskill : Perekonomian Indonesia

4.3 DOMINASI SDA DI INDONESIA
            
Dominasi Sumber Daya Alam di Indonesia
Sejak zaman Presiden Soekarno, banyak perusahaan asing yang ingin mengambil alih SDA Indonesia, namun Presiden Soekarno menolaknya, menurut dia perusahaan asing hanyalah monopoli keuangan, kapitalisme, dan neolib. Presiden Soekarno juga pernah menolak bantuan dari IMF yang menurut dia hanya akan memberati keuangan negara. Soekarno percayaan dengan kemampuan rakyatnya sendiri. Banyak perusahaan asing yang menekan kontrak dengan pemerintahan Indonesia sejak era pemerintahan Soeharto hingga sekarang (Presiden SBY) telah mengakar di negeri ini, contoh saja Freeport, Chevron, Shell, Suzuki, Honda, Yamaha, dll.

Yang perlu di perhatikan adalah agar kepemilikan saham asing di industri nasional tidak begitu dominan, sebab bila itu terjadi maka perekonomian nasinal bisa pincang. Dominasi pihak asing kini semakin meluas dan menyebar pada sektor-sektor strategis perekonomian. Pemerintah disarankan menata ulang strategi pembangunan ekonomi agar hasilnya lebih merata dirasakan rakyat dan berdaya saing tinggi menghadapi persaingan global.

Per Maret 2011 pihak asing telah menguasai 50,6 persen aset perbankan nasional. Dengan demikian, sekitar Rp 1.551 triliun dari total aset perbankan Rp 3.065 triliun dikuasai asing. Secara perlahan porsi kepemilikan asing terus bertambah. Per Juni 2008 kepemilikan asing baru mencapai 47,02 persen. Hanya 15 bank yang menguasai pangsa 85 persen. Dari 15 bank itu, sebagian sudah dimiliki asing. Dari total 121 bank umum, kepemilikan asing ada pada 47 bank dengan porsi bervariasi. Tak hanya perbankan, asuransi juga didominasi asing. Dari 45 perusahaan asuransi jiwa yang beroperasi di Indonesia, tak sampai setengahnya yang murni milik Indonesia. Kalau dikelompokkan, dari asuransi jiwa yang ekuitasnya di atas Rp 750 miliar hampir semuanya usaha patungan. Dari sisi perolehan premi, lima besarnya adalah perusahaan asing. Hal itu tak terlepas dari aturan pemerintah yang sangat liberal, memungkinkan pihak asing memiliki sampai 99 persen saham perbankan dan 80 persen saham perusahaan asuransi. Pasar modal juga demikian. Total kepemilikan investor asing 60-70 persen dari semua saham perusahaan yang dicatatkan dan diperdagangkan di bursa efek.

Pada badan usaha milik negara (BUMN) pun demikian. Dari semua BUMN yang telah diprivatisasi, kepemilikan asing sudah mencapai 60 persen. Lebih tragis lagi di sektor minyak dan gas. Porsi operator migas nasional hanya sekitar 25 persen, selebihnya 75 persen dikuasai pihak asing. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM menetapkan target porsi operator oleh perusahaan nasional mencapai 50 persen pada 2025. Tinggal masalah teknis. Karena tak gampang asing dipaksa melepaskan kepemilikannya begitu saja. Jadi ya pakai tenggat waktu yang cukup misalnya 10 tahun harus dilepas ke pihak nasional dalam porsi tertentu. Dan mudah-mudahan di kurun waktu tersebut swasta nasional juga sudah punya sumber keuangan yang cukup untuk membeli saham asing tersebut. Dengan kepemilikan nasional yang lebih dari asing pada sektor-sektor strategis, diyakini perputaran perekonomian nasional akan semakin kuat dan baik. Kebangkitan ekonomi nasional yang diinginkan banyak orang akan benar-benar terjadi. Namun, semuanya kembali pada mentalitas bangsa dan kepemimpinan nasional. Indonesia pernah melakukan nasionalisasi kepemilikan asing di masa lalu. Dan kemudian kembali asing mendominasi. Jangan-jangan permasalahannya bukan pada berapa besar kepemilikan nasional, tapi bagaimana mengelola seberapapun yang kita miliki.

CONTOH DOMINASI Sumber Daya ALAM / minyak Bumi
Peran energi fosil (minyak bumi, gas bumi, dan batubara) dalam berbagai kegiatan ekonomi saat ini belum tergantikan. Ketersediaan cadangan bahan bakar fosil masih menjadi tolak ukur bagi ketahanan energi suatu negara.Sumber daya Alam di Indonesia khususnya bahan bakar minyak bumi sedang mengalami krisis,karena Sudah hampir sepenuhnya indonesia di Dominasi oleh negara negara Dunia salah satu negara paling mendominasi yakni Amerika Serikat/PT.Freeport.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik, minyak bumi masih akan mendominasi bauran energi primer dunia hingga tahun 2050. “Berdasarkan data IMF, sampai dengan tahun 2035, dunia masih bergantung pada bahan bakar fosil. Banyak event-event geopolitik memperlihatkan bahwa ketahanan energi menjadi isu utama di masa depan. Minyak bumi mendominasi bauran energi primer dunia sampai tahun 2050,” ujar Menteri ESDM saat memberikan sambutan di acara World Energy Forum di Dubai, Uni Emirat Arab, kemarin.

Menteri menambahkan, hampir semua sumber minyak bumi berlokasi di Timur Tengah sehingga situasi geopolitik Timur Tengah menjadi salah satu faktor dasar yang meningkatkan harga minyak dunia.

Indonesia, menurut Menteri, akan menjadi salah satu konsumen energi terbesar di dunia. “Meskipun Indonesia adalah negara penghasil energi, namun Indonesia juga merupakan salah satu cikal bakal negara konsumen energi terbesar dunia,”tutur Menteri.

Saat ini, jelas dia, bahan bakar fosil berkontribusi sebesar 94 persen terhadap bauran energi nasional, yang terdiri atas 47 persen berbasis minyak bumi, 21 persen gas bumi, dan 26 persen batubara. Dengan pertumbuhan ekonomi 6,3 – 6,8 per tahun, kebutuhan energi diproyeksikan tumbuh sekitar 6 persen per tahun sampai dengan 2014.

Pemerintah Indonesia menargetkan pada 2025 kontribusi minyak bumi sekitar 20 persen, gas bumi 30 persen dan energi terbarukan 17 persen. Pemerintah Indonesia tengah melakukan berbagai program untuk menurunkan kebergantungan terhadap minyak bumi termasuk program konversi minyak tanah ke LPG dan meningkatkan penggunaan gas bumi pada konsumen rumah tangga dan industri.

Pemanfaatan energi baru terbarukan sudah saatnya dioptimalkan seiring menipisnya cadangan energy berbasis fosil dan terus meningkatnya kebutuhan akan energi yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Pemanfaatan energi baru terbarukan, menurut Jero Wacik, sudah saat dioptimalkan karena pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan merupakan jawaban terhadap semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia di tengah semakin menurunnya cadangan energy berbasis fosil yang tidak terbarukan

 



Sumber Referensi:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar