NAMA : ANDREAS
VALENTINUS
NPM : 21214137
KELAS : 4EB19
MATA KULIAH : ETIKA
PROFESI AKUNTANSI#
TUGAS KE – 1
ETIKA
Etika
berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan
atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau
kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang
telah dilakukan. Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul
dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral.Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Definisi
Etika Menurut Para Ahli
1. Menurut Bertens : Nilai-
nilai atau norma – norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.
2. Menurut KBBI : Etika
dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, nilai
yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat.
3. Menurut Sumaryono (1995) :
Etika berkembang menjadi studi tentang manusia berdasarkan kesepakatan menurut
ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam
kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu etika juga berkembang menjadi studi
tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan
melalui kehendak manusia.
Basis Teori Etika
- Etika Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu telos yang memiliki arti tujuan. Dalam hal mengukur baik buruknya suatu
tindakan yaitu berdasarkan tujuan yang akan dicapai atau berdasarkan akibat
yang ditimbulkan dari tidakan yang telah dilakukan. Dalam tori teleologi
terdapat dua aliran, yaitu.
- Egoisme etis : Inti pandangan dari egoisme adalah tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri.
Contoh : Bagas yang
selalu bekerja keras di dalam perusahaan A untuk mengejar posisi yang tertinggi.
- Utilitarianisme : Berasal dari bahasa Latin yaitu utilis yang memiliki arti bermanfaat. Menurut teori ini, suatu perbuatan memiliki arti baik jika membawa manfaat bagi seluruh masyarakat ( The greatest happiness of the greatest number ).
Contoh : Bagol di
desa nya yang membangun koperasi untuk membantu sebagian masyarakat di desa nya
- Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu deon yang memiliki arti kewajiban. Jika terdapat pertanyaan
“Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak karena buruk?”.
Maka Deontologi akan menjawab “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita
dan arena perbuatan kedua dilarang”. Pendekatan deontologi sudah diterima oleh
agama dan merupakan salah satu teori etika yang penting.
Contoh : Ucup yang
beragama islam harus melalukan ibadah yang sesuai di ajarkan.
- Teori Hak
Dalam pemikiran moral saat ini,
teori hak merupakan pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi
baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori hak ini merupakan suatu
aspek dari teori deontologi karena berkaitan dengan kewajiban. Hak didasarkan
atas martabat manusia dan martabat semua manusia adalah sama. Oleh karena itu,
hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
Contoh
: Seorang karyawan yang menerima gaji tiap bulannya sebagai haknya dia
- Teori Keutamaan ( Virtue )
Dalam teori keutamaan memandang
sikap atau akhlak seseorang. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai disposisi
watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan seseorang untuk
bertingkah laku baik secara moral.
Contoh
:
- Kebijaksanaan : Seorang direktur perusahaan yang harus bijak mengambil keputusan di dalam perusahaan
- Keadilan : Orang tua yang mempunyai 2 anak , mereka harus bias adil memperlakukan anak mereka agar tidak ada iri hati
- Suka bekerja keras : Ester yang bekerja keras demi mencapai cita-citanya
- Hidup yang baik : Bagol yang beragama islam harus mempunyai hidup yang baik dimana pun berada.
Prinsip dalam
Etika Berprofesi
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Ada enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu prinsip keindahan, prinsip persamaan, prinsip kebaikan, prinsip keadilan, prinsip kebebasan, dan prinsip kebenaran.
Ada enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu prinsip keindahan, prinsip persamaan, prinsip kebaikan, prinsip keadilan, prinsip kebebasan, dan prinsip kebenaran.
Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing dari prinsip-prinsip etika :
1.
Prinsip Keindahan
Mendasari segala sesuatu dengan rasa
senang terhadap keindahan dengan menunjukkan sesuatu yang indah dalam
perilakunya. Contoh : dalam berpakaian, berpenampilan, penataan ruangan, dsb.
2.
Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya
memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan
dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak
diskrminatif atas dasar apapun.
3.
Prinsip Kebaikan
Perilaku seseorang untuk selalu
berusaha berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya, menjunjung
nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu
orang lain.
4.
Prinsip Keadilan
Prinsip yang mendasari seseorang
untuk bertindak adil dan tidak mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi hak
orang lain.
5.
Prinsip Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk
bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip
kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau
mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti
dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang
semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan
sebagai:
·
kemampuan
untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan
·
kemampuan
yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan pilihannya tersebut
·
kemampuan
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
6.
Prinsip Kebenaran
Prinsip yang dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar
kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat dan bersifat
logis/rasional.
Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Etika
1. Lingkungan Bisnis yang
Mempengaruhi Perilaku Etika
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi etika adalah
lingkungan makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi
kebiasaan yang tidak etis yaitu bribery, coercion, deception, theft, unfair dan
discrimination. Maka dari itu dalam perspektif mikro, bisnis harus percaya
bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga kerja
atau karyawan. ”Etika bisnis merupakan pola bisnis yang tidak hanya peduli pada
profitabilitasnya saja, tapi juga memerhatikan kepentingan stakeholder-nya.
Etika bisnis tidak bisa terlepas dari etika personal, keberadaan mereka merupakan
kesatuan yang tidak terpisahkan dan keberadaannya saling melengkapi. Etika
bisnis sesorang merupakan perpanjangan moda-moda tingkah lakunya atau
tindakan-tindakan konstan, yang membentuk keseluruhan citra diri atau akhlak
orang itu. Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang
diterapkan dalam dunia bisnis. Istilah etika bisnis mengandung pengertian bahwa
etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari
tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku bisnis. Beberapa faktor yang
mempengaruhi harapan publik (etik) pada lingkungan bisnis :
- Physical Kualitas dari udara dan air terjaga
- Moral Keinginan bersikap adil
- Financial malfeasance Banyaknya perbuatan yang
memalukan (skandal)
- Economic Kesalahan memberikan dorongan untuk bangkit
- Competition Tekanan dan dorongan global
- Bad judgement Kesalahan operasi, keringanan bagi
kalangan eksekutif
- Activist stakeholders Etika investor, pelanggan dan
lingkungan
- Synergy Perubahan yang sukses
- Institutional reinforcement Hukum baru
2. Kesaling Tergantungan Bisnis dan Masyarakat
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis
tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan
masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu
dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun
etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa
prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat
interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi
berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang
nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut
segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia
usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang
ekonomi. Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu
kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang
tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha
belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
3. Kepedulian Pelaku Bisnis terhadap Etika
Pelaku
bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual
pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi
perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan
kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan
excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan
sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa
dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal
pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
Perkembangan
dalam etika bisnis
Sepanjang sejarah, kegiatan perdagangan atau bisnis
tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis seumur
dengan bisnis itu sendiri. Sejak manusia terjun dalam perniagaan, disadari juga
bahwa kegiatan ini tidak terlepas dari masalah etis. Aktivitas perniagaan
selalu sudah berurusan dengan etika, artinya selalu harus mempertimbangkan apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Memang benar, sejak ditemukannya
bisnis, etika sudah mendampingi kegiatan manusiawi ini.
Namun demikian, jika kita menyimak etika bisnis
sebagaimana dipahami dan dipraktekkan sekarang, tidak bisa disangkal juga,
disini kita menghadapi suatu fenomena baru. Belum pernah dalam sejarah, etika
bisnis mendapat perhatian begitu besar dan intensif seperti sekarang ini. Etika
selalu sudah dikaitkan dengan bisnis. Sejak ada bisnis, sejak saat itu pula
bisnis dihubungkan dengan etika, sebagaimana etika selalu dikaitkan juga dengan
wilayah-wilayah lain dalam kehidupan manusia deperti politik keluarga,
seksualitas, berbagai profesi, dan sebagainya. Jadi, etika dalam bisnis belum
merupakan suatu bidang khusus yang memiliki corak dan identitas tersendiri. Hal
itu baru tercapai dengan timbulnya “etika bisnis” dalam arti yang sesungguhnya.
Etika dalam bisnis mempunyai riwayat yang sudah panjang sekali, sedangkan umur
etika bisnis masih muda sekali. Kita baru bisa berbicara tentang etika bisnis
dalam arti spesifik setelah menjadi suatu bidang (field) tersendiri, maksudnya
suatu bidang intelektual dan akademis dalam konteks pengajaran dan penelitian
di peruguran tinggi. Etika bisnis dalam arti khusus ini untuk pertama kali
timbul di Amerika Serikat dalam tahun 1970-an dan agak cepat meluas ke kawasan
dunia lainnya. Dengan memanfaatkan dan memperluas pemikiran De George ini kita
dapat membedakan lima periode dalam perkembangan etika dalam bisnis menjadi
etika bisnis.
1.
Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan
filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan
manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan
niaga harus diatur. Dalam filsafat dan teologi Abad pertengahan pembahasan ini
dilanjutkan, dalam kalangan Kristen maupun Islam, Topik-topik moral sekitar
ekonomi dan perniagaan tidak luput pula dari perhatian filsafat (dan teologi)
di zaman modern. Dengan membatasi diri pada situasi di Amerika Serikat selama
paro pertama abad ke-20, De George melukiskan bagaimana di perguruan tinggi
masalah moral di sekitar ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam teologi.
Pada
waktu itu banyak universitas diberikan kuliah agama dimana masiswamempelajari
masalah – masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis. Pembahasannyatentu berbeda,
sejauh mata kuliah ini diberikan dalam kalangan katolik atau protestan.Dengan
demikian di Amerika Serikat selama paro pertama pada abad ke-20
etikadalam bisnis terutama
dipraktekan dalam konteks agama
dan teologi. Danpendekatanini masih berlangsung terus
sampai hari ini, di Amerika Serikat maupun ditempat lain.
2.
Tahun 1960-an (Masa peralihan)
Dalam tahun 1960-an
terjadi perkembangan baru yang
dilihat sebagaipersiapan langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam
dekade berikutnya. Dasawarsa1960-an ini di Amerika
Serikat (dan dunia barat pada
umumnya) ditandai olehpemberontakan terhadap kuasa dan otoritas,
revolusi mahasiswa (mulai di ibukotaPrancis bulan Mei 1968). Suasana tidak
tenang ini diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara khusus oleh
kaum muda dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak
puas ini mengakibatkan demonstrasi – demonstrasi paling besar dirasakan di
Amerika serikat. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang dimata mereka
terjadi antara militer dan industri. Industri dinilai terutama melayani
kepentingan militer. Serentak juga untuk pertama kali timbul kesadaran akan
masalah ekologis dan terutama industri di anggap sebagai penyebab masalah
lingkungan hidup itu dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun
dan sampah nuklir.
Dunia pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda
– beda. Salah satu reaksi paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada
social issues dalam kuliah tentang
manajemen. Beberapa sekolah
bisnis mulai dengan mencamtumkan
mata kuliah baru di
kurikulumnya yang biasanya
dibesi nama Business and Society. Kuliah ini diberikan
oleh Doden – Dosen manajeman dan mereka menyusun buku – buku pegangan dan
publikasi lain untuk menunjang matakuliah itu.
Pendekatan ini diadakan dari
segi manajemen , dengan
sebagaian melibatkan juga hukum
dan sosiologi, tetapi teori
etika filosofis disini belum dimanfaatkan.
3.
Tahun 1970-an (Etika bisnis lahir di
AS)
Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis
dengan identitas sendiri mulai terbentuk di Amerika Serikat tahun 1970-an. Jika
sebelumnya etika hanya membicarakan aspek – aspek moral dari bisnis di samping
banyak pokok pembicaraan moral lainya
(etika dalam hubungan dengan
bisnis), kini mulai berkembang etika dalam arti
sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan pada tahap ilmiah
(teologi) membicarakan masalah – masalah moral dari bisnis, pada tahun 1970-an
para filsuf memasuki wilayah penelitian ini dalam waktu singkat
menjadi kelompok yang paling
dominan. Sebagaian sukses usaha
itu, kemudian beberapa filsuf
memberanikan diri untuk terjun
kedalam etika bisnis sebagai sebuah cabang etika
terapan lainnya. Faktor kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu
bidang study yang serius adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis Amerika
pada awal tahun.
1970-an krisis moral dalam dunia bisnis itu diperkuat lagi
oleh krisis moral lebih umum yang melanda seluruh masyarakat Amerika pada waktu
itu. Melatarbelakangi krisis moral yang umum itu , dunia bisnis amerika
tertimpa oleh kerisis moral yang khusus . Sebagaian sebagai reaksi atas
terjadinya peristiwa – peristiwa tidak etis ini pada awal tahun 1970-an dalam
kalangan pendidikan Amerika didasarkan kebutuhan akan refleksi etika di bidang
bisnis. Salah satu usaha khusus adalah menjadikan etika bisnis sebagai mata
kuliah dalam kurikulum ini ternyata berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya
etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum sekolah bisnis banyak
menyumbang kapada perkembangannya ke arah bidang ilmiah yang memiliki identitas
sendiri.
Terdapat
dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis pada tahun 1970-an yaitu:
- Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis.
- Terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka bekerja sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana tentang etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
4.
Tahun 1980-an (Etika Meluas ke
Eropa)
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira – kira sepuluh tahun kemudian , mula – mula di inggris yang
secara geografis maupun kultural paling dekat dengan Amerika Serikat, tetapi
tidak lama kemudian juga negara– negara Eropa Barat lainnya. Semakin banyak
fakultas ekonomi atau sekolah bisnisdi Eropa mencantumkan mata kuliah etika
bisnis dalam kurikulumnya, sebagai mata kuliah pilihan ataupun wajib di tempuh.
Sepuluh tahun kemudian sudah terdapat dua belas profesor etika bisnis pertama
di universitas – Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan European Business
Ethich Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum
pertemuan antara akademisi dari
universitas serta seklah bisnis
, para pengusaha dan wakil –wakil organisasi nasional dan
internasional seperti misalnya serikat buruh).
Konferensi EBEN yang pertama
berlangsung di Brussel (1987). Konferensi
kedua di Barcelona (1989) dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun : Milano
(1990), London (1991), Paris (1992), Sanvika , Noerwegia (1993), St.
GallenSwis (1994), Breukelen ,
Belanda (1995), Frankfurt
(1996). Sebagaian bahan konferensi – konferensi itu
telah diterbitkan dalam bentuk buku.
5.
Tahun 1990-an (Etika bisnis menjadi
fenomena Global)
Dalam dekade 1990-an sudah menjadi jelas, etika bisnis tidak
terbatas lagi pada dunia barat. Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan dan
dikembangkan di seluruh dunia, kita mendengar tentang kehadiran etika bisnis
amerika latin, eropa timur, apalagi sejak runtuhnya komunisme disana sebagai
sistem politik dan ekonomi. Tidak mengherankan bila etika bisnis mendapat
perhatian khusus di negara yang memiliki ekonomi yang paling kuat di luar dunia
barat. Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah telah
didirikannya international society for business management economis and
ethics (ISBEE).
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
·
Pengendalian diri
·
Pengembangan tanggung jawab social
(social responsibility)
·
Mempertahankan jati diri dan tidak
mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
·
Menciptakan persaingan yang sehat
·
Menerapkan konsep “pembangunan
berkelanjutan”
·
Menghindari sifat 5K (Katabelece,
Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
·
Mampu menyatakan yang benar itu
benar
·
Menumbuhkan sikap saling percaya
antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
·
Konsekuen dan konsisten dengan
aturan main yang telah disepakati bersama
·
Menumbuhkembangkan kesadaran dan
rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
· Perlu adanya sebagian etika bisnis
yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan
perundang-undangan
Sumber
referensi :
http://wiwiedyah.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-etika-prinsip-prinsip-etika.html
https://books.google.co.id/books?id=Ya62DAAAQBAJ&pg=PT153&dq=perkembangan+dalam+etika+bisnis+wikipedia&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=perkembangan%20dalam%20etika%20bisnis%20wikipedia&f=false
http://gitaoktaviani.blogspot.co.id/2014/12/perkembangan-etika-bisnis-dan-profesi.htmlhttp://ihdaafdila.blogspot.co.id/2014/01/perkembangan-terakhir-dalam-etika.html
http://www.slideshare.net/ahmadfajarjabrik/isi-makalah-etika-bisnis
http://ramadhikaw.blogspot.co.id/2014/01/perkembangan-terakhir-dalam-etika.html
https://zehanwidiastuti.wordpress.com/2015/10/27/perkembangan-dalam-etika-bisnis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar